Multiple intelligence atau kecerdasan majemuk adalah sebuah konsep kecerdasan yang kini sudah mulai dipahami oleh banyak orang. Hal ini muncul dari sebuah kenyataan bahwa seringkali kita temukan di masyarakat bahwa orang yang paling pintar di sekolahnya tidak menjamin kesuksesannya ketika terjun ke masyarakat. Sebaliknya seringkali juga kita temukan bahwa anak-anak yang dulunya memiliki kecerdasan rata-rata atau bahkan di bawah rata-rata bisa berhasil dalam kehidupannya. Salah satu contoh yang paling nyata adalah ketika Albert Einstein dicap sebagai murid yang bodoh oleh gurunya, karena dia terlamabt bisa berbicara dibandingkan anak-anak seusianya.
Walaupun begitu hal tersebut tidak bisa kita jadikan justifikasi, karena banyak juga anak yang pintyar disekolah berhasil dalam hidupnya. Hal ini Cuma sebuah pemaparan akan kemungkinan bahwa kepintaran di sekolah bukanlah satu-satunya jaminan. Nilai yang diberikan disekolah bukan menjadi satu-satunya tolak ukur untuk kecerdasan seorang anak. Ambil David Beckham sebagai contoh. Sejak kecil dia sudah masuk sekolah sepak bola, dan dia sangat mahir melakukanya. Namun jika memberikannya soal fisika atau persamaan matematikan belum tentu dia bisa menyelesaikannya.
Pada ujungnya multiple intelligence atau kecerdasan majemuk ini bisa menjadi sebuah alat baru bagi kita dalam menghargai kecerdasan anak. Karena tidak semua anak dilahirkan dengan kecerdasan yang sama. Oleh karenanya, ada baiknya sebagai orang tua kita menuntun anak-anak kita untuk mengembangkan kecerdasan yang dimiliknya. Hal ini menuntut orang tua berperan aktif untuk bersama mengembangkan masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak mereka.