Cara Mencegah Difteri Pada Anak Yang Wajib Bunda Ketahui

Difteri pada anak adalah salah satu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan si kecil. Apa itu difteri ? Mungkin untuk beberapa orang masih cukup asing dengan istilah tersebut. Difteri merupakan suatu penyakit yang bisa mengakibatkan gangguan selaput lendir hidung dan juga tenggorokan si kecil. Pada umumnya difteri disebabkan karena infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae.

Apa saja sih yang membuat difteri menjangkit tubuh anak ? Nah, hal ini tentu menjadi suatu keharusan oleh para orangtua untuk mengerti akan masalah tersebut. Difteri pada anak biasanya terjadi pada anak – anak yang memiliki gizi buruk, tinggal di lingkungan kumuh, dan tidak pernah melakukan imunisasi yang lengkap. Tentu saja difteri pada anak harus segera diobati agar tidak semakin parah nantinya.

Yang menjadi bahaya adalah penyakit ini dapat menular dengan cepat lewat kontak fisik dengan seseorang yang sedang terkena difteri. Selain itu juga bisa menular karena barang yang terkena bakteri dan bisa saja melalui air ludah dari batuk  serta bersin yang tekadang tanpa sengaja terhirup.

Difteri Pada Anak Balita Apa Penyebabnya ?

Penyakit difteri biasanya mulai nampak ketika sudah memasuki 2 sampai 5 hari setelah terinfeksi. Beberapa penderita bisa saja tidak mengalami gejala sedikitpun, tetapi sebagian lagi dapat mengalami gejala ringan yang hampir sama saat mengalami flu biasa. Penyakit difteri yang paling biasanya terjadi yaitu terbentuknya lapisan abu-abu tebal pada tenggorokan dan amandel. Selain itu, ada juga beberapa gejala difteri yang lain seperti demam, Hidung tersumbat, sakit tenggorokan, suara serak, kesulitan bernapas dan juga pembesaran kelenjar getah bening di leher.

Jika buah hati Anda merupakan salah satu penderita difteri maka sebaiknya Bunda segera membawa si kecil ke dokter supaya memperoleh penanganan yang tepat sebelum datang komplikasi lainnya. Komplikasi yang bisa disebabkan difteri juga tidak kalah bahayanya. Komplikasi tersebut seperti peradangan pada otot dan katup jantung, gangguan pada jantung, dan juga saluran pernapasan tertutup oleh selaput di tenggorokan sehingga bisa berakibat pada kematian.

Untuk memastikan pemeriksaan difteri, dokter nantinya akan mengambil sampel dari lapisan abu-abu pada tonsil serta tenggorokan yang disebabkan pertumbuhan dari bakteri. Disamping itu, ada  pula kemungkinan dokter akan mengambil sebagian dari lapisan abu-abu tersebut, sebab bisa juga menghambat jalan pernapasan. Pada usia anak anak dan orang dewasa yang sudah terbukti terkena difteri memang disarankan untuk dirawat di rumah sakit.

Pasalnya penderita difteri akan diisolasi di unit perawatan intensif sebab difteri bisa menyebar dengan cepat. Selain itu, dokter akan mengobati difteri tergantung pada apa gejala yang dialami, berapa usia penderita, dan juga kondisi kesehatan penderita difteri. Obat yang bisa diberikan pada penderita difteri ada 2 jenis yaitu antitoksin dan juga antibotik.

Nantinya obat antitoksin disuntik ke pembuluh darah guna menetralkan racun difteri yang sudah menginfeksi di seluruh tubuh penderita. Pada umumnya sebelum memberi antitoksin, dokter akan melakukan tes alergi guna memastikan bahwa orang yang terkena d gejala difteri tidak mempunyai alergi terhadap obat antitoksin. Selain diobati dengan antitoksi, difteri juga diobati dengan antibiotik seperti penisilin maupun eritromisin. Antibiotik ini bisa berfungsi untuk membunuh bakteri dalam tubuh dan membersihkan infeksi difteri.

Cara mencegah difteri juga bisa dilakukan melalui vaksin difteri. Biasanya dilakukan vaksinasi DPT atau difteri, pertusis dan tetanus. Vaksinasi ini umunya diberikan setidaknya 5 kali pada anak usia 2 sampai 6 tahun. Pemberian vaksin terbagi dalam 5 tahap yakni pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan dan 5 tahun. Selain untuk anak-anak, vaksinasi difteri bagi orang dewasa juga sangat disarankan tetap dilakukan. Hal ini karena sebagian besar gejala difteri dewasa terjadi pada orang yang tidak pernah menerima vaksin sekalipun.

Yang harus diketahui, vaksin difteri itu sendiri hanya bisa bertahan selama 10 tahun. Dengan demikian Buah hati Anda perlu mendapatkan vaksinasi lagi saat memasuki usia 12 tahun.  Walaupun beberapa anak mempunyaii toleransi yang baik terhadap vaksin difteri, namun terkadang vaksin ini bisa menyebabkan efek samping yang ringan. Meskpun jarang, ada juga komplikasi berat yang bisa terjadi oleh difteri pada anak, seperti reaksi alergi.

Artikel yang Direkomendasikan